Waktu terasa sangat berharga ketika kita dilimpahi terlalu banyak spasi dari orang yang sangat kita sayangi. Usia seolah kelelahan mengejar detik yang meski bergerak dengan statis dalam ritme yang pasti. namun aku seperti kewalahan, takut kehabisan waktu… Dan kehilangan momentum gemilang bersama mereka yang aku cintai.
ARGH. Inilah yang aku paling benci. Kebebasanku direnggut oleh durasi kerja yang angkuh dan tidak mengenal kompromi. Dia tidak membunuh, namun cukup mujarab menggaris rasa pedih; Sebuah perasaan menyiksa ketika disadarkan bahwa untuk sekarang aku adalah budak uang. Dia memegang kendali segala kehendak dan kebebasan jiwaku. Tidak peduli pada pagi hari yang kesat oleh rasa kantuk yang masih kuat menggerogoti kejernihan hati dan pikiran, sisa dari insomnia yang menyerang hampir setiap hari. Seems he officially occupied my sleeping control.
Terimakasih pada nasib yang masih berbaik hati, setidaknya aku bergulat dengan semua itu demi sesuatu yang aku sukai. Hasilnya sepadan dalam meneduhkan gerah hati. Membuat kue menenangkan gelisah jiwaku. (kenapa sih gelisah mulu? Cheer up a little bit! Hidup itu indah, dear!)
I know, and I believe that…