Kini saat aku melewati jalan ini beberapa hal terasa tidak pada tempatnya. Aku bukan pendatang yang tidak bisa merasakan peubahan, aku bukan orang asing yang tidak memiliki kenangan. Tapi seperti sudah kubilang sebelumnya, beberapa hal nampak tak seperti masa - masa itu, dan jujur saja itu sedikit membuatku terasa terganggu.
Kita pernah menjadi bagian dari jalan ini, bergandeng tangan sembari menyenandungkan nada-nada sederhana, kita sama-sama tahu bahwa suara kita berdua tidak seindah itu untuk dipamerkan kepada dunia. Tapi tetap saja tidak berkurang bahagia dalam setiap langkah kita, tidak terlalu istimewa namun tidak buruk juga.
Kadang saat aku ingin kembali pada ingatan hari itu, aku akan sengaja berjalan menyusuri jalan ini sambil memutar lagu-lagu yang saat itu memang sedang ramai di senandungkan, kita tidak punya selera terlalu mencolok, kita hanya terbiasa mengikuti apa yang sedang orang lain sukai.
Semua terlihat terlalu baik-baik saja sampai kita lupa bahwa semuanya bisa saja berubah, sesuatu yang selalu baik tidakakan selamanya seperti itu, tangan yang terbiasa bertaut bukan berarti tidak pernah ingin saling melepaskan, dua hati yang merasa bukan berarti tidak pernah bosan, tapi aku berusaha mengenyahkan semuanya. Meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja, menghibur diri bahwa kau juga akan selalu merasakan hal yang sama.
Manusia hanya bisa menguatkan hatinya sendiri, sebatas empati tidak akan pernah bisa mempengaruhi perasaan orang lain, saat kau berusaha untuk selalu bersama. Bukan berarti dia pun menginginkan hal yang sama, aku bahkan tidak pernah mencoba memikirkan untuk melepasmu, kembali lagi menjadi aku dan kamu bukan lagi sebagai kita.
Sampai pada saat itu kau tiba-tiba memintaku untuk bertemu, aku senang tentu saja. Beberapa waktu ini kita sudah jarang bersua, kau berkata banyak hal yang harus kau selesaikan, akupun mengerti dan sungguh tidak apa-apa.
Kau terlihat indah seperti biasanya, bahkan kini kau mengenakan pakaian yang lebih rapih dari biasanya, bertahun-tahun mengenalmu ternyata masih bisa terpesona seperti ini juga saat kembali melihatmu, tapi kenapa kau terlihat resah? Apa ada sesuatu yang mengganggumu sehingga kau nampak tidak nyaman?
“Mari berpisah, mari kita memberi waktu untuk diri kita masing-masing.”
Bukan ucapan rindu yang kau lontarkan, bukan sebuah basa-basi normal yang kau ucapkan saat sepasang kekasih sudah lama tidak bertemu, aku bahkan tidak menyiapkan diri untuk mendengar kata-kata itu. Aku datang tanpa persiapan.
Aku harus menjawab apa, saat yang aku pikirkan hanya rindu yang akhirnya bertemu. Aku harus menjawab apa, saat yang aku siapkan adalah kata untuk saling menghangatkan. Saat kau mengatakan banyak hal yang harus kau selesaikan, apakah kita juga termasuk salah satunya.
Apakah aku boleh menolak permintaanmu? Apakah aku boleh memkasamu untuk tinggal?
“Saat nanti kita tidak sengaja bertemu di titik ini, aku harap kita berdua bisa baik-baik saja.”
Kau bahkan tidak berminat untuk mendengarkan jawabanku,kau bahkan tidak perduli dengan perasaanku, dan apa yang kau bilang tadi? Saat kita kembali bertemu di titik ini? tentu saja kita tidak akan baik-baik saja, yaa.. setidaknya aku tidak akan baik-baik saja, ini bukan lagi titik temu untuk kita berdua, ini hanya titik penuh luka, ini hanya titik yang tidak akan lagi terasa sama.
Aku pernah bahagia saat bersamamu, sangat. Tapi waktu yang telah berlalu nampaknya tidak cukup kuat untuk menahanmu, sekarang aku harus apa, melanjutkan hidupku seperti biasanya? Bersikap seolah tidak apa-apa? Berhenti menanyai kabarmu? Atau bahkan menarik diri dari hidupmu?
Aku pernah sangat menyukai jalan ini, titik dimana kita bertemu di sela waku, aku pernah sangat memuja tempat ini, titik dimana kita setikdaknya pernah menyatu. Namun ternyata aku masih terlalu naif untuk lupa bahwa dalam hidup ini ada yang di sebut dengan kenangan, waktu bersamamu adalah kenangan, kita hanyalah kenangan, titik temu ini juga kenangan, yang baiknya mungkin segera aku tinggalkan.
Kini hal yang paling mudah untuk aku lakukan adalah memaklumi, memaklumi waktu kita yang tak lagi indah, memaklumi kau yang menyerah, memaklumi diriku sendiri yang ternyata hanya bisa pasrah, memaklumi bahwa semua kisah memang tidak selalu berakhir indah.
Aku selalu berusaha menghindari titik ini, aku tidak cukup baik dalam mengikhlaskan, aku tidak terlalu pandai dalam melupakan. Namun naas ada beberapa waktu yang membuatku harus kembali kesini, kembali menyusuri jalan yang mulai tampak tidak nyaman.
Tapi itu tidak terlalu buruk sampai aku kembali melihatmu malam ini, titik ini tidak pernah semenyakitkan itu sampai saat aku melihatmu menggunakan bahumu sebagai sandaran wanita lain. Titik temu ini tidak pernah seburuk itu, setidaknya sampai malam ini.
Saat aku berusaha mengais bahagia diantara luka, saat aku berusaha menapak dengan baik-baik saja, saat aku masih harus berpura-pura saat mereka bertanya tentang bagaimana kita, tapi ternyata disini hanya aku saja yang terlalu perasa, hanya aku saja yang terseok-seok dalam cerita lama. Karna kau ternyata baik-baik saja.
Kau hanya selesai denganku, dan kini sudah memulai yang baru. Aku pernah sangat berusaha untuk mendapatkan perhatianmu, tapi kini kau memberikannya pada dia dengan cuma-cuma, aku pernah sangat mengharapkan hatimu tapi kini kau bagikan dengannya dengan sukarela, apakah saat denganmu aku terlalu meminta banyak? Apa denganku membuatmu merasa muak?
Hingga aku sampai dititik dimana aku sudah tidak bisa lagi membedakan mana itu kesedihan atau kemarahan, mana itu rindu atau memang rasa cemburu. Melihatmu tertawa sedikit melukai perasaanku, melihatmu baik-baik saja jujur saja hanya membuat perasaanku semakin memburuk, mungkin sejak malam itu aku sudah tidak bisa lagi mendukungmu, aku hanya menjadi pendendam yang terus terbelit masa lalu.
Aku tidak cukup baik untuk turut bersorak dalam kebahagiaanmu, kau sudah menemukan hidupmu dan aku masih berusaha memilah-milah mana bagian dari diriku yang masih bisa diselamatkan. Mana bagian dari perasaanku yang belum rusak dan masih bisa ku pakai. Aku terlau sibuk dengan diriku sendiri, aku terlalu sibuk menyelamatkan “aku” yang hampir musnah bersama pergimu. Mari tidak bertemu lagi di titik ini, mari melangkah pergi sejauh mungkin, mari untuk tidak saling menyapa saat nanti kita tidak sengaja berpapasan. Mari tidak saling memperbaiki hubungan, mari untuk tidak pernah kembali lagi ke titik ini.
Bukan salah kita yang gagal dalam kisah ini, bukan salahmu yang tidak mencintaiku sebanyak rasaku padamu. Bukan salah waktu yang kini membingkai kenangan masa lalu, cerita kita tidak salah, hanya saja porsi kita yang tidak sama, harapan kita yang ternyata memang tidak sepaham, nyaman yang ternyata tidak bisa terus dirasakan.
Aku, kamu pernah menjadi kita dalam titik ini. setidaknya semoga dulu kau tidak pura-pura bahagia denganku, maafkan aku karena masih memikirkanmu. Hatiku memang berisik, aku bisa apa? Semoga kau kini tepat dengan pilihanmu. Semoga kelak akupun bisa begitu. Semoga nanti bisa aku temukan titik temu yang baru.