"Sekian presentasi dari saya, saya harapkan Bapak dan Ibu dapat mempertimbangkan penawaran dari kami. Kami sangat berharap dapat bekerja sama dengan Bapak dan Ibu. Terimakasih", suara telepon berbunyi, "Kring Kring Kring", "Halo Ibu, Adit lagi ada meeting sekarang, nanti Adit telepon Ibu lagi ya", "Dit, Nak", "Klek". Suara telepon tertutup.
Aditia Prakoso, anak satu satu nya dari Keluarga Prakoso. Ayahnya sudah lama meninggal sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Ibu nya, Rani Sukmawati, seorang Ibu Rumah Tangga yang kesehariannya mengurus pekerjaan rumah tangga serta menyambi menerima jahitan baju agar dapat menopang kebutuhan keluarganya. Adit panggilannya, kini dia sudah menjadi orang sukses di Kota Jakarta, jabatannya sebagai Manager di sebuah perusahaan Agency Iklan di Jakarta membuat dia menjadi sangat sibuk dan sulit untuk bertemu dengan Ibunya yang berada di Bogor. Adit, memilih untuk mengekost di Jakarta karena mempertimbangkan jarak antara kantor dan tempat tinggalnya. Adit kini berusia 33 tahun dan masih single.
Suara telepon diangkat, "Halo Bu? Kenapa Bu tadi telepon?", "Adit, kamu apa kabar? Ibu kangen sama kamu Nak, sudah 2 bulan kamu tidak pulang ke Bogor, kamu sehat sehat Nak disana?", "Alhamdulillah sehat Bu, maaf ya Bu, beberapa bulan ini memang Adit lagi sibuk sekali, bahkan Sabtu Minggu Adit masih harus bekerja. Jika sudah tidak sibuk pasti Adit pulang Bu, Ibu sehat Bu?", "Uhuk, uhuk, Iya Dit Ibu gpp, cuman batuk batuk aja, ya sudah kalau kamu lagi sibuk, maaf Ibu ganggu waktu kamu ya Dit, jaga kesehatan dan jangan lupa shalat ya Nak", "Iya Bu, terimakasih ya Bu". "Klek", suara telepon terputus.
"Ibu batuk lagi? Kayanya baru kemaren dia bilang batuk, apa belum sembuh ya? Ya udahlah nanti juga sembuh, mungkin karena cuaca disana lagi dingin makanya Ibu batuk batuk", "Woi, Dit ayo makan udah waktunya makan siang nih Bro!", "Duluan aja Ton, gw masih ada kerjaan, paling gw nitip OB beli makanan", "Kerja mulu Bro! Santai dulu lah kerjaan mah ga bakal kelar kelar hahahaha", "Hahahahaha, bisa aja loe Ton", "Ok lah gw lunch dulu bareng anak anak", "Ok". "Bip" suara telepon berbunyi, "Pak, tolong beliin makan siang buat saya ya, seperti biasa", "Baik Pak nanti saya antarkan"
"Tok tok, permisi ini makan siangnya Pak, waduh Bapak sendirian lagi makan siang nya kenapa tidak bareng temen temennya Pak?", "Ya beginilah Pak Budi, pekerjaan saya seperti tidak ada selesainya, 24 jam sepertinya juga ga cukup di kehidupan saya, jadi ya gpp lah Pak, saya happy juga koq begini", "Pak Adit, Pak Adit, hidup itu harus dinikmati karena waktu kan berputar terus dan hari pasti berganti, nanti tidak terasa kita melewatkan waktu penting diluar sana Pak. Saya aja kalo bisa pengen mengulang waktu kembali ke masa muda dulu, banyak dosa saya hehehehe", "Hehehe.. Pak Budi bisa aja, terimakasih ya Pak ini uangnya, kembaliannya ambil aja buat Bapak", "Waduh, terimakasih banyak ya Pak! Kalo begini tiap hari sih saya setuju setuju aja Bapak makan di ruangan kerja terus hahahaha" dan mereka berdua tertawa lepas.
"Mengulang waktu? Hmmm.. Kayanya seru ya jadi gw bs memperbaiki kesalahan gw dulu atau bahkan gw bisa naik jabatan lebih cepet karena tau celahnya apa hahahahaha, mimpi banget". Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan Adit masih berada diruang kerjanya, kemudian suara HP nya berbunyi, "Kring Kring Kring", "Ya halo maaf dengan siapa ya?", "Betul dengan Bapak Aditia Prakoso? Kami dari pihak Rumah Sakit Bogor mau mengabarkan bahwa Ibu Anda masuk UGD malam ini, kondisinya lemah sekali, apakah Anda bisa ke Rumah Sakit sekarang?", "Ibu?! Ibu kenapa Dok! Baik saya kesana sekarang!"
Adit langsung menyetir mobil nya dengan kecepatan tinggi menembus angin malam yang dingin ditemani cahaya lampu jalan yang redup, 1 jam menyetir hingga akhirnya Adit sampai di RS Bogor. Adik langsung menuju ke ruangan UGD dan bertemu dengan Dokter Arnold. "Dok, Ibu saya mana Dok? Dia kenapa? Dia baik baik aja kan?!", "Begini Pak Adit, setelah kami periksa Ibu Anda mengalami penyakit TBC yang sepertinya sudah lama diidapnya, jika dikendalikan dari awal masih memungkinkan untuk menekan komplikasinya tetapi karena tidak langsung ditangani maka kondisi Ibu Anda sekarang mengalami komplikasi hingga ke gagal ginjal. Kami akan berusaha semampu kami untuk menyembuhkan Ibu Anda". Adit terdiam, dia tidak dapat berkata apapun, matanya berkaca kaca dan tanpa sadar air matanya deras keluar mengalir di pipi nya. Penyesalan menyerbu dada nya, dada nya terasa sakit sekarang, dia baru tersadar bahwa apa yang dia kerjakan selama ini sia sia. Pekerjaan yang menguasainya, jabatan yang dimilikinya, ambisi yang dia kejar, semuanya sirna di hadapannya karena dia merasa gagal sebagai seorang anak. Seorang anak yang seharusnya bisa membahagiakan Ibu nya yang sedari dulu membanting tulang sendirian untuk mencukupi kehidupan dirinya disaat ayahnya meninggal dunia tapi yang dia balas hanyalah kesedihan dan ketidakmampuannya dalam mengurus Ibunya.
Adit berjalan menuju ke ruangan Ibu nya dia melihat Ibu nya dipasang selang oksigen di hidungnya dan berbagai macam alat di badannya, Ibu Rani sedang tertidur. Adit mendekatinya dan mengelus lembut helai rambut di kening Ibu nya, "Bu maafin Adit ya, maafin Adit karena Adit sudah gagal menjadi anak yang berbakti untuk Ibu, maafin Adit karena Adit lebih mementingkan pekerjaan Adit dibandingkan menemani dan mengurus Ibu. Bu, Ibu dengar Adit tidak? Bu, sembuh ya Bu, Adit mohon sembuh ya, jika Ibu sembuh Adit janji kalau Adit akan lebih sering menemani dan mengurus Ibu, Ibu akan menjadi prioritas buat Adit, Adit janji Bu". Ibu Rani masih memejamkan matanya, yang terdengar hanyalah suara Elektrokardiogram (EKG) yang merekam aktivitas jantung Ibu Rani.
"Tet! Tet! Tet!", suara alarm berbunyi dan sudah menunjukkan pukul 5 pagi, Adit langsung bergegas mandi, berganti pakaian dan menyetir mobil nya menembus kabut pagi ditemani dengan cahaya matahari yang mengintip dibalik awan menuju ke RS Bogor. Sesampainya di RS Bogor Adit langsung menuju ke kamar Ibu Rani dan melihat tempat tidurnya kosong, Ibu Rani tidak ada, Adit panik, dia berlari di koridor rumah sakit dan menuju ke bagian administrasi untuk menanyakan perihal Ibunya. "Permisi Sus, atas nama Ibu Rani Sukmawati kenapa ga ada di ruangan? Tempat tidurnya kosong Sus! Ibu saya kemana?!", suara lantangnya membuat satpam Rumah Sakit mencoba menenangkan Adit, "Pak, tenang Pak, saya akan mencoba memeriksa data nya dulu", Adit mencoba tenang dan dia duduk di kursi ruang tunggu, tidak lama kemudian Adit dipanggil, "Bagaimana Sus? Dimana Ibu saya?", "Maaf Pak, di sistem kami atas nama Ibu Rani Sukmawati tidak terdaftar, tidak ada nama itu Pak disini", "Jangan bercanda kamu! Jelas jelas saya kesini kemarin malam dan melihat Ibu saya di kamar itu! Dia sakit komplikasi TBC Sus! Saya kemarin bicara dengan Dokter Arnold! Kenapa sekarang nama Ibu saya ga ada! Coba cari lagi yang bener!", Satpam kembali menenangkan Adit dan memintanya kembali ke ruang tunggu. Perasaan Adit bercampur aduk, antara khawatir, geram dan sedih, dia sangat mengkhawatirkan Ibu nya.
"Permisi dengan Pak Adit? Saya Dokter Arnold ada yang bisa saya bantu Pak?", "Dokter, Ibu saya mana? Kenapa diruangannya ga ada?! Kemarin kan Dokter yang bicara sama saya kalo Ibu saya kena komplikasi TBC, kenapa sekarang ga ada diruangannya?", "Maaf Pak sebelumnya, kemarin saya tidak praktek Pak, saya baru praktek hari ini, sepertinya Bapak salah orang dan sistem kami tidak mungkin salah jika memang tidak ada nama pasien yang disebutkan berarti memang pasien tersebut tidak ada di Rumah Sakit ini", "Kemarin Dok, kemarin Hari Rabu! Masa dokter lupa?!", "Pak, hari ini baru Hari Rabu Pak", "Hah?!", "Coba Bapak tenang dulu saya minta dibikinkan teh panas manis ya Pak". Adit merasa bingung dengan apa yang diucapkan oleh Dokter Arnold karena dia yakin sekali bahwa hari ini adalah Hari Kamis tanggal 12.
Kemudian suara HP nya berbunyi, "Kring Kring Kring", "Halo!", "Woi Dit! Loe dimana hari ini kita presentasi sama klien! Klien udah dateng ini gimana sih loe! Yang pegang materinya kan loe!", "Hah presentasi apaan sih? Kan udah kemarin gw presentasi Ton! Ngaco loe!", "Loe yang ngaco! Kan loe sendiri yang bilang kalo presentasi sama Klien Mark&Co itu hari Rabu tanggal 11 jam 9 pagi, hari ini kan hari Rabu bro! Lupa loe?!", "Hari ini hari kamis Toni! Rabu mah kemaren!", "Gila loe ya Dit! Fix stres loe! Ya udah biar gw yang handle". "Klik", suara telepon terputus dan Adit melihat layar HP nya tertulis bahwa hari ini adalah Hari Rabu tanggal 12 pukul 08.30 pagi. Reflek dia membanting HP nya, hingga HP nya terpental ke lantai, kemudian dia melihat ke layar TV yang sedang menyiarkan siaran berita dan tertulis di layar bahwa hari ini adalah Hari Rabu tanggal 12. Adit kemudian bangkit dari kursinya, mengambil HP nya dan berlari menuju mobilnya sambil mencoba menelepon Ibu nya, "Tut Tut Tut", tidak ada yang menjawab.
Sesampainya di mobil dia kembali mencoba menelepon Ibu nya, "Halo Dit, kenapa Nak? Tumben pagi pagi kamu telepon Ibu", "Ibu sekarang dimana?! Adit kesana sekarang!", "Di rumah lah Dit, kamu kenapa sih? Koq kaya orang marah marah gitu? Ga kerja kamu?", "Ibu tunggu di rumah jangan kemana mana, Adit kesana sekarang". Adit menyetir mobilnya dengan sangat cepat, begitu banyak yang terlintas dipikirannya, kenapa dia bisa kembali ke hari sebelumnya? Kenapa dia diberikan kesempatan seperti ini? Ada apa ini? Mengapa ini terjadi? Semua pertanyaan memenuhi isi kepalanya hingga dia merasa pusing dan dia baru teringat bahwa dia belum makan apa pun semenjak bangun tidur tadi.
Sesampainya Adit di rumah Ibu nya, Adit langsung berlari menuju pintu depan, membuka pintunya dan berlari mencari Ibunya, dia melihat Ibu nya sedang duduk di kursi tempat biasa Ibunya menjahit dan sesekali terbatuk batuk. Langsung dia memeluk Ibu nya sambil menangis, dia meminta maaf kepada Ibu nya jika selama ini dia merasa menelantarkan Ibu nya, dia berjanji akan lebih sering menemani dan merawat Ibu nya mulai sekarang karena dia takut, dia takut kehilangan Ibu nya. "Adit, kamu kenapa Nak? Uhuk uhuk, Ibu kaget tiba tiba kamu kesini, kamu ga kerja Nak? Kantor mu gimana? Ga sakit kan Kamu? Uhuk uhuk", "Adit cuti Bu, Adit kangen sama Ibu, Ibu masih batuk batuk ya? Kita ke Rumah Sakit ya sekarang Bu, udah lama Ibu batuk batuk ga sembuh, Adit mau Ibu sehat", "Ibu gpp Adit, cuman batuk batuk biasa ini nanti siangan juga mendingan, udah gpp dirumah aja nemenin Ibu ya, Ibu juga kangen sama kamu Dit, udah lama kamu ga pulang kan", "Iya Bu, maafin Adit ya Bu, Adit terlalu sibuk sampai ga pulang ke rumah, Adit bikinin makanan ya Bu, Ibu mau apa? Adit udah jago masak loh hehehe", Adit berusaha tersenyum sambil menyeka air matanya.
Hari itu, Adit lebih banyak menghabiskan waktu nya untuk merawat Ibu nya, dia melihat Ibu nya yang sudah tidak muda lagi, rambutnya yang keriting dan tipis selalu diikat ibu nya kebelakang, tangan dan kaki nya yang keriput tampak lebih kecil dari biasanya, tapi senyuman di wajahnya tidak pernah hilang, senyuman itu yang selalu membuat Adit merasa nyaman dan aman, Adit baru sadar bahwa Ibu nya sangat berarti untuk nya dan dia merasa menyesal telah membuang banyak waktunya tanpa menemani dan merawat Ibu nya yang sudah tidak muda lagi. "Praanngg!", suara piring pecah terdengar di dapur dan Adit bergegas menuju dapur dan melihat Ibu nya terbaring tidak berdaya di lantai, dia melihat selembar tisu di tangan ibu nya yang terdapat bercak merah. Itu darah. Ibu batuk darah.
Dengan cepat Adit membopong Ibunya ke mobil dan menyetir mobilnya menuju ke Rumah Sakit Bogor, jantungnya berdegup kencang, rasa cemas dan was was menyelimuti diri nya, dia hanya takut satu hal, dia kehilangan ibu yang sangat di cintainya. Sesampainya di Rumah Sakit dia langsung membopong Ibu nya menuju ke ruangan UGD dan Dokter Arnold ada disana, "Dokter! Dokter Arnold tolong Ibu saya, tolong Dok!", dengan cepat Suster dan Dokter membawa Ibu Rani ke ruangan untuk di tindak lanjuti. Adit, hanya bisa menunggu di ruang tunggu, dia berdoa semoga Ibu nya baik baik saja dan komplikasi itu tidak benar terjadi, dia berharap semuanya berbeda hari ini. "Maaf dengan Bapak Adit?", "Ya saya Adit, bagaimana Ibu saya Dok?", "Begini Pak Adit, setelah kami periksa Ibu Anda mengalami penyakit TBC yang sepertinya sudah lama diidapnya, jika dikendalikan dari awal masih memungkinkan untuk menekan komplikasinya tetapi karena tidak langsung ditangani maka kondisi Ibu Anda sekarang mengalami komplikasi hingga ke gagal ginjal. Kami akan berusaha semampu kami untuk menyembuhkan Ibu Anda". Terdengar sama. Adit tidak percaya. Itu sama persis seperti yang dia dengar kemarin. Harapannya akan mendengar jawaban yang berbeda sirna sudah, air matanya sudah tidak dapat terbendung lagi, rasa kekecewaannya memenuhi ruang dada nya, dia menyesal, sangat menyesal.
Adit kembali melihat Ibu nya di ruang perawatan dengan berbagai macam alat dan selang infus yang terpasang di hidungnya, kemudian dia berfikir, "Gw harus tidur sekarang, karena besok, gw pasti akan mengulang waktu hari ini lagi", Adit kemudian tidur di sofa tunggu dan berharap keesokan harinya dia masih menjalani hari yang sama seperti hari ini.
Suara gaduh terdengar dari ruang rawat dan Adit membuka matanya, dia melihat Suster dan Dokter mengerumuni Ibu Rani dan dia melihat ke arah HP menunjukkan Hari Kamis pukul 4 pagi. Hari kemarin tidak terulang kembali. Waktu kembali berputar semestinya dan Adit merasakan emosi yang bercampur aduk karena melihat Suster dan Dokter mengerumuni Ibu nya, kemudian dia mendengar suara alat Elektrokardiogram berbunyi, "Niiiiiitttttttt…..", bunyi nya berbeda tidak seperti yang semalam dia dengar, pertanda apa ini? Ada apa dengan Ibu nya? Apakah Ibu nya baik baik saja? Mengapa Suster dan Dokter banyak berkumpul di ruangan Ibunya? Kenapa? Tanpa sadar Adit berteriak, "Ibu! Kenapa sama Ibu saya! Ada apa ini! Dokter, Suster ada apa ini!", Adit kemudian ditenangkan oleh salah satu suster disana dan mengajak Adit untuk menunggu diluar tapi Adit menolak, dia menapis tangan dan mendorong suster itu untuk menjauh. Suasana menjadi tidak terkendali, gaduh dan mencengkam.
Hari Kamis tanggal 13 pukul 14.00, pemakaman Ibu Rani sudah selesai dan peziarah sudah kembali pulang kini yang tersisa di rumah hanyalah Adit dan Toni. Adit hanya tertunduk lemas tidak berdaya disertai air matanya yang terus menerus membasahi pipinya. Toni, temannya setia menemani Adit dia terus berusaha menguatkan Adit tapi hanya hening yang Toni dapat, Adit tidak bersuara sama sekali yang terlihat hanyalah kekecewaan yang amat besar menyelimuti raut wajahnya. "Ton, loe pulang aja, gw gpp disini sendiri, gw mau tidur, siapa tau besok gw bisa mengulang hari kemarin lagi", "Dit loe ngomong apaan sih gw ga ngerti? Gw tau loe pasti sedih banget Dit tapi loe harus tetap tabah dan kuat, nyokap loe pasti sedih liat loe begini Dit", "Loe tau apa sih tentang nyokap gw Ton! Pergi gw bilang Ton! Pergi! Gw mau sendiri!". Adit memaksa Toni untuk keluar dari rumahnya kemudian dia membanting pintu depan rumahnya dan berjalan menuju kamar Ibu nya. Dia melihat kasur Ibu nya yang belum sempat dibereskan, dia melihat foto dirinya berjejer rapi di atas lemari pakaian Ibu nya. Dia mengambil 1 foto yang memotret gambar akan dirinya, ibunya dan ayahnya. Adit memeluk foto itu kuat kuat sambil tidur di kasur Ibu nya, aroma tubuh Ibu nya masih tercium di bantal dan seprai tempat tidur itu, air matanya kembali mengalir deras dan dia masih terus berharap bahwa ketika dia bangun dari tidurnya nanti waktu akan kembali ke Hari Rabu tanggal 12, hari terakhir dia melihat Ibu nya.
Adit membuka matanya karena sinar matahari pagi sudah memaksa Adit untuk bangun, dia menggapai HP nya dan melihat layar HP nya, Hari Jumat tanggal 14 pukul 7 pagi. Waktu kembali berjalan dengan semestinya dan harapan Adit kembali sirna. Dia melihat sekitarnya bahwa dia masih berada di kamar ibunya sambil memeluk bingkai foto. Penyesalan memang selalu datang terakhir dan dia tersadar bahwa kini, waktu adalah hal yang sangat berharga untuk dirinya. Waktu tidak bisa diulang.
Selesai
By, Riska Riandita