Saat hidup terasa berat, pernah terlintas di pikiran bahwa Tuhan tidak adil dalam membagi jatah kebahagiaan. Seolah aku harus berdesak dalam antrian serius panjang untuk tiba saatnya nomorku bertemu giliran panggil. Sementara yang lain hanya perlu berjalan lima langkah sampai meja pembagian, tanpa perlu peras keringat atau berhimpitan dengan berbagai campuran aroma peluh yang berdesakan dengan keluh. Aku pun sempat marah dan menganggap hidup hanya serupa undian kupon belanja, atau lemparan koin seorang pria pemabuk dalam memperebutkan sebotol anggur murahan. Aku pernah mendengki dan merutuki kemujuran nasib mereka yang pada saat itu bisa mendapatkan apa yang persis aku inginkan tanpa susah payah, sementara aku harus sampai mencret dan berdarah-darah dalam memperjuangkannya.
Hingga suatu saat aku dipertemukan dengan sebuah cermin besar bernama introspeksi. Dia menelanjangi segala keluh kesah yang menempel di tubuhku dan membandingkannya dengan berbagai rupa perjalanan manusia-manusia yang aku anggap sempurna menggenggam bahagia. Ternyata, ada dua hal yang selama ini salah dipahami. Tidak semua yang terlihat bahagia memiliki hidup yang sempurna, dan beratnya cobaan hidup bukan merupakan vonis jalur takdir yang harus kita susuri sepanjang menghabiskan sisa usia.
Ternyata, aku ini cengeng. Tidak ada cobaan yang terlalu berat seandainya kita bisa menyadari bahwa itu adalah sebuah proses yang lumrah kita alami saat menapaki tangga kehidupan. Tidak ada yang mudah dalam mencapai kebahagiaan. Selalu akan ada pengorbanan.
Dan saat kita berada dalam fase hidup yang suram, Tuhan melempar koin dan sisi yang kita harapkan jatuh menghadap telapak tanganNya. Namun ada satu hal yang harus diingat, saat Tuhan melempar koin dan ternyata sisi yang kita harapkan tidak menghadap udara, bukan berarti kita gugur dari kompetisi. Ekor ataupun kepala yang keluar, keduanya memiliki nilai istimewa. Tidak ada yang kalah, hanya serupa perkara giliran siapa kali ini yang pantas mendapat kebahagiaan, dan siapa yang harus melewati ujian sambil menunggu gilirannya.
When God is tossing coin….